JAKARTA, Peneliti Bidang Hukum The Indonesian Institute, Zihan Syahayani menyebut bahwa pluralitas masyarakat Indonesia mendatangkan dampak positif dan negatif.
“Pluralitas Indonesia di satu sisi punya kontribusi ke kesejahteraan. Tapi disisi lain, pluralitas itu juga menempatkan Indonesia mudah berkonflik, konteksnya agama,” kata Zihan di Jakarta, Rabu (24/5/2017). Ia menjelaskan bagaimana pluralitas dalam konteks agama itu justru mudah menyulut emosi banyak orang seperti gambut yang mudah terbakar ketika terkena api.
“Di satu sisi kemerdekaan dalam memilih agama dan menjalankan kepercayaan yang dianut masing-masing itu dijamin konstitusi,” kata dia. Akan tetapi, kemerdekaan memilih agama dan kepercayaan itu yang sering menimbulkan konflik.
“Meskipun ada enam agama resmi yang diakui, selain agama kepercayaan, adat sangat banyak. Dalam konteks pelaksanaan itulah konflik sering terjadi,” kata dia. “Misal Islam, kita disuruh dakwah tapi modelnya itu yang memunculkan konflik. Ada yang radikal, moderat, fleksibel dan lain-lain.
Kesenjangan itulah yang membuat agama jadi pemicu konflik di Indonesia,” lanjut dia. Karena itu, kata dia, dalam kondisi masyarakat yang seperti saat ini perlu ada upaya lain untuk menyelesaikan konflik tersebut, agar tidak semakin meluas dan meruncing. “Kita perlu utamakan jalur dialog, mitigasi, semua umat beragama, dialog internal, antar agama. Masing-masing pemuka agama memberikan pemahaman agama bagi para pemeluk agamanya,” kata dia.
Sumber: Kompas.com