Hasil Angket Persepsi Anak Muda Jelang Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 (Periode Juli-Agustus 2022)

The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) melakukan penelitian secara berkala tentang “Persepsi Anak Muda Terhadap Pemilu 2024”. Tujuan utama penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana preferensi politik anak muda dalam melihat dinamika sosial, politik dan hukum jelang Pemilu 2024.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket (kuesioner). Angket yang digunakan dalam riset ini angket campuran, yaitu gabungan antara angket terbuka dan tertutup. Penyebaran angket ini menggunakan platform Google Form, disebarkan dari tanggal 26 Juli hingga 12 Agustus 2022. Jumlah yang dapat dihimpun sebanyak 92 responden dan yang dapat dianalisa sebanyak 85 responden.

Untuk memperoleh data primer yang ditetapkan yaitu anak muda, Tim TII menggunakan teknik snowball sampling. Teknik snowball sampling adalah suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus. Teknik sampling ini dipilih karena keterbatasan tim TII mendapatkan data sampel pemilih muda yang ditetapkan.

Kriteria sampel yang ditetapkan adalah 1) Laki-laki dan perempuan; 2) usia antara 17 hingga 30 tahun atau sudah atau pernah kawin yang terdaftar dalam pemilihan. Penggunaan teknik snowball sampling kurang mewakili populasi, sehingga penelitian ini tidak menggambarkan secara keseluruhan pandangan anak muda di Indonesia. Namun, hasil penelitian ini dapat menjadi bagian gambaran terkait pandangan politik anak muda jelang Pemilu 2024.

Hasil angket ini menemukan bahwa media sosial merupakan saluran informasi yang dekat dengan anak muda. Konsekuensi dari hal tersebut yaitu, pertama, anak muda untuk mendapatkan informasi tentang dinamika sosial politik bergantung pada informasi yang beredar di media sosial. Melihat ketergantungan ini, maka penting untuk mendorong media sosial yang bersih dari berita bohong maupun ujaran kebencian berbasis politik identitas. Kedua, anak muda yang mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang dinamika sosial politik dari media sosial, menjadikannya sebagai pemilih yang rasional. Pemilih rasional diasumsikan mempunyai kemampuan untuk menilai tentang isu-isu maupun kandidat yang diajukan dalam Pemilu.

Responden dalam angket TII ini juga menunjukkan kepedulian mereka terkait dengan isu-isu kebijakan. Hal ini tercermin dalam temuan angket yang menyatakan sebagian besar responden memiliki kepedulian terhadap pengesahan RUU Perlindungan Data Pribadi dan Revisi UU ITE. Namun, tidak sedikit pula yang memperhatikan RUU yang berkaitan langsung dengan kepentingan perempuan, yaitu RUU KKG dan RUU KIA. Selain itu, dalam isu terkait penindakan terhadap tindak pidana korupsi, anak muda berpandangan bahwa penindakan terhadap tindak pidana korupsi belum berjalan dengan baik.

Selanjutnya, dalam aspek ekonomi, sebanyak 48 persen dari total responden, merasa bahwa kondisi kesejahteraannya lebih baik dibandingkan kondisi dua tahun yang lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa program Pemulihan Ekonomi Nasional dan kebijakan pelonggaran mobilitas masyarakat mempengaruhi kondisi ekonomi keluarga anak muda dibandingkan pada saat dua tahun lalu. Namun, terdapat 39 persen responden yang menilai kondisi kesejahteraannya sama saja dan 11 persen menyatakan lebih buruk. Temuan ini tentunya menjadi catatan bagi Pemerintah terkait tantangan yang dihadapi anak muda dalam aspek ekonomi.

Pada angket di periode sebelumnya, tantangan aspek ekonomi yang dihadapi oleh anak muda adalah persoalan lapangan kerja. Angket kali mencoba memperdalam hasil angket periode sebelumnya terkait keresahan anak muda dalam isu lapangan kerja tersebut. Angket kali ini menemukan sebanyak 40 persen dari total responden, menilai bahwa kesempatan lapangan kerja di Indonesia saat ini sama saja dibandingkan dua tahun yang lalu. Bahkan, 35 persen diantaranya menjawab kesempatan lapangan kerja di Indonesia saat ini semakin buruk. Dengan demikian, isu terkait lapangan kerja masih menjadi tantangan bagi anak muda.

Masih dalam konteks isu lapangan kerja bagi anak muda. Seperti yang kita ketahui Pemerintah memiliki Program Kartu Prakerja. Berdasarkan temuan, sebanyak 19 persen responden menjawab tidak setuju dan 8 persen menjawab sangat tidak setuju dengan penilaian bahwa Program Kartu Prakerja membantu dalam meningkatkan kemampuan sebelum memasuki dunia kerja. Di sisi lain, terdapat 16 persen responden yang menjawab setuju dan 11 persen menjawab sangat setuju bahwa Program Kartu Prakerja membantu meningkatkan kemampuan sebelum masuk dunia kerja. Namun, menariknya temuan angket ini menemukan sebanyak 46 persen responden menjawab “netral”.

Hal ini dapat diindikasikan bahwa mayoritas responden yang menjawab netral, belum mengetahui sepenuhnya tentang program ini untuk mereka akses. Oleh karena itu, perlu penelitian lebih lanjut mengenai literasi informasi anak muda terutama lulusan SMA/SMK/Perguruan tinggi terkait dengan Program Kartu Prakerja.

Kemudian, angket TII ini juga menemukan adanya beberapa program kerja yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Misalnya terkait dengan pemerataan akses pendidikan, penguatan proses pembelajaran, perbaikan kualitas dan kesejahteraan guru, perbaikan dan perluasan fasilitas pendidikan, serta penguatan implementasi kebijakan pendidikan.

TII berkomitmen melakukan riset secara berkala jelang Pemilu 2024 dengan mengangkat isu kebijakan publik sebagai masukan kepada partai politik dan juga masyarakat sebagai salah satu bagian dari pendidikan politik jelang Pemilu 2024.

Selamat membaca.

Loader Loading...
EAD Logo Taking too long?

Reload Reload document
| Open Open in new tab

Download [1.01 MB]

Komentar