Pengamat Ekonomi The Indonesian Institute, Muhammad Rifki Fadilah menilai sistem pertanian saat ini masih bertumpu pada sistem tradisional. Padahal pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045.
Menurut Rifki sebenarnya target tersebut tidaklah terlalu berlebihan. Akan tetapi bagaimana mewujudkannya itulah yang harus menjadi pertanyaan besar. Adapun salah satu yang paling mungkin adalah memanfaatkan keberlimpahan teknologi digital.
“Digitalisasi pertanian merupakan salah satu pemanfaatan era keberlimpahan (abandent era), baik dalam bentuk IT maupun proses bisnis baru berupa brand dan konsumen. Melalui digitalisasi,” ujarnya ketika dihubungi Akurat.co, Minggu (14/4/2019).
Selain itu, upaya optimalisasi produksi pertanian bisa dibantu dengan melakukan otomatisasi mulai dari hasil panen hingga pemupukan yang pada akhirnya bisa meningkatkan value added pertanian.
Akan tetapi, lanjut Rifki, dalam mewujudkan optimalisasi produksi pertanian itu menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Sebab dengan keterbatasan pendidikan sejumlah besar petani, jangan sampai justru gagal paham terhadap digitalisasi pertanian.
“Kita juga harus mempersiapkan SDMnya supaya bisa menggunakan teknologi digital tersebut. Jangan sampai mereka gagal paham dan justru digitalisasi pertanian kedepannya malah jadi macet,” tegasnya.
Sumber: Akurat.co