Letusan Gunung Kelud, banjir yang melanda sebagian wilayah Jawa semakin menegaskan bahwa pulau ini rentan terhadap bencana. Ditambah lagi dengan pembangunan yang tak berwawasan lingkungan serta tidak memperhatikan daya dukung lingkungan menyebabkan pulau ini tidak hanya terkena bencana alam, namun juga bencana ekologi di pulau yang hanya memakan 6 persen luas nusantara, tapi dihuni 65 persen penduduk Indonesia.
Ibukota Jakarta pun terkena imbasnya, selain faktor alam, faktor rusaknya ekologi disekitar Jakarta menyebabkan bencana merupakan kegiatan tahunan di ibukota.
Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Andrinof Chaniago menilai tidak ada salahnya jika ibukota dipindah, namun tidak di Pulau Jawa, melainkan di Kalimantan.
‘Ada 12 juta hektar lahan menganggur (bukan hutan) di Kalimantan, itu bisa jadi modal untuk memindahkan ibukota kesana. Pulau ini besar, 30 persen dari luas Indonesia. Selain itu letak Kalimantan yang ditengah Indonesia, menyebabkan Indonesia Timur bisa terkena dampak pembangunan. Hal ini mengakibatkan Indonesia mengalami pemerataan pertumbuhan, tidak hanya terfokus di Jawa,’ jelasnya saat diskusi di The Indonesia Institute, beberapa waktu lalu.
Andrinof yang mengaku beberapa kali mengunjungi Kalimantan berpendapat, sekarang ini kita seperti kembali ke jaman kolonial, dimana Jawa hanya dipakai untuk menampung kekayaan alam dari berbagai pulau di Indonesia.
‘Karena itu infrastruktur di daerah juga harus dibangun. Jika itu diwujudkan, penduduk tidak harus berbondong-bondong menuju Jawa. Pulau ini seharusnya dibangun industri pertanian, karena tanahnya 3 kali lebih subur dari wilayah lain’
Soal dana besar yang diwujudkan untuk membangun ibukota baru, Andrinof menilai hal itu tidak menjadi masalah. ‘Kan bisa dilakukan secara bertahap. Tidak usah sekaligus dikucurkan dananya, tapi bisa secara tahunan,’ jelasnya.
Sumber: Beritabatavia.com.