Pengamat politik Ray Rangkuti menilai doa Neno Warisman dalam acara Munajat 212 di Monas beberapa waktu lalu, sangat berbahaya karena dapat memecah belah persaudaraan di Indonesia.
Ray menjelaskan, intoleransi dapat dibagi dua yaitu berbentuk fisik dengan merusak tempat ibadah dan berbentuk sikap seperti halnya doa salah satu anggota BPN Prabowo-Sandi.
“Doa Neno Warisman itu bentuk intoleransi sikap, ini bisa pecah belah bangsa ini,” ujar Ray saat diskusi di kawasan Menteng, Jakarta, Senin (25/2/2019).
Menurut Ray, intoleransi berbentuk sikap lebih berbahaya dari fisik, karena tidak dapat dicegah sebelumnya. Misalkan, perusakan rumah ibadah maka aparat penegak hukum dapat mengantisipasi tindakan kekerasan.
“Tapi kalau sikap tidak kasat mata, ini berbahaya makanya. Doa-doa ajakan jangan memilih yang lain itu juga bentuk intoleransi,” kata Ray.
Sebagaimana diketahui, doa Neno Warisman yang dibacakan saat Munajat 212 di Monas menuai kontroversi.
Begini potongan doa yang menjadi kontroversi tersebut:
Namun kami mohon jangan serahkan kami pada mereka
Yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami
Dan jangan, jangan Engkau tinggalkan kami dan menangkan kami
Karena jika Engkau tidak menangkan
Kami khawatir ya Allah
Kami khawatir ya Allah
Tak ada lagi yang menyembah-Mu. (Seno Tri Sulistiyono)
Sumber: Tribunsolo.com
Note: Dalam diskusi ‘Mempertanyakan Keberpihakan Partai Politik dalam Isu Intoleransi’ di kantor The Indonesian Institute (TII), Jl HOS Cokroaminoto No 92, Jakarta Pusat