Foto Antaranews.com.

Mengapa Jokowi Populer?

Menjelang Pemilu 2014, nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi selalu

Adinda T. Muchtar Peneliti The Indonesian Institute (TII)

menjadi yang terdepan dalam survei yang dilakukan beberapa lembaga survei selama kurun 2013. Banyak kalangan menilai Jokowi menjadi sosok yang tepat bagi calon pemimpin masa depan bangsa ini.

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, menilai Jokowi merupakan sosok yang memenuhi kriteria pemimpin nasional. Ari mengatakan, publik berharap kepemimpinan Jokowi menjadi antitesa dari kepemimpinan nasional saat ini.

Pertanyaan selanjutnya, mengapa Jokowi menjadi sosok yang memenuhi kriteria pemimpin harapan masyarakat, terutama ketika membicarakan capres untuk Pemilu 2014? Untuk mengetahui hal tersebut, The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) bekerja sama dengan Indikator Politik Indonesia dan dukungan Sinar Harapan mengadakan survei opini publik tentang efek pencapresan Jokowi pada elektabilitas parpol.

Survei nasional ini diselenggarakan pada 10-20 Oktober 2013, menyertakan 1.200 responden dengan margin of error sebesar sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sebagai catatan, untuk survei terkait kriteria pemimpin harapan masyarakat ini, TII dan Indikator tidak menerapkan metode eksperimental seperti saat survei eksperimental, untuk mengetahui efek Jokowi terhadap elektabilitas partai. Dalam hal ini, satu hal yang patut diingat, popularitas kandidat tidak selalu berbanding lurus dengan kesukaan atau elektabilitas atau preferensi publik, terutama pemilih terhadap kandidat bersangkutan.

Pada survei ini ditemukan 93 persen responden yang mengetahui Jokowi juga menyukai Jokowi. Jokowi menempati peringkat tertinggi dalam kategori ini dan diikuti cukup jauh di bawahnya oleh Prabowo Subianto (77 persen), Jusuf Kalla (73 persen), Dahlan Iskan (72 persen), Wiranto (71 persen), Megawati (70 persen), dan Aburizal Bakrie (64 persen).

Dari temuan survei tersebut dapat dilihat hampir semua pemilih yang tahu Jokowi, juga “suka” Jokowi. Setelah Jokowi, Prabowo Subianto adalah sosok yang paling disukai pemilih yang mengenalnya. Tokoh yang elektabilitasnya cukup tinggi berdasarkan beberapa hasil survei opini publik selama ini, seperti Aburizal Bakrie, berdasarkan hasil survei ini, paling kurang disukai di antara nama-nama lain yang elektabilitasnya juga tinggi.

Ekspos Media

Tingginya persentase responden yang mengetahui dan menyukai Jokowi ini, salah satunya juga tidak lepas dari masifnya ekspos media terhadap Jokowi. Dengan kata lain, pemberitaan Jokowi di berbagai media massa juga sangat memengaruhi preferensi publik terhadap Jokowi, selain popularitas dan elektabilitas Jokowi.

Terkait hal itu, hasil survei opini publik TII dan Indikator menemukan bahwa Jokowi adalah nama dan sosok yang paling terekspos media massa menurut responden dalam satu bulan terakhir saat survei dilakukan, dibandingkan nama-nama dan sosok-sosok capres lain. Tidak hanya di televisi, radio, dan surat kabar, tetapi juga media sosial, seperti Twitter/SMS/Facebook, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil survei ini, nama Jokowi paling banyak diekspos televisi, yaitu 71,8 persen. Diikuti pemberitaan Jokowi di surat kabar (10,2 persen), radio (5,0 persen), dan media sosial (4,6 persen).

Nama-nama capres lain dalam survei ini yang berada di bawah popularitas pemberitaan Jokowi dalam berbagai pemberitaan di media massa, secara beragam jumlah persentase ekspos pemberitaannya di beragam media massa, adalah Aburizal Bakrie, Wiranto, Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, M Jusuf Kalla, dan Dahlan Iskan.

Pemberitaan Jokowi di media massa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi preferensi dan perilaku pemilih. Dari model spatial, media massa berperan memengaruhi pemilih dengan menyuplai beragam informasi tentang kebijakan yang dikeluarkan dan diterapkan Jokowi. Model behavioral juga tidak lepas dari perilaku dan preferensi pemilih, terkait persepsi pemilih terhadap kondisi di sekitarnya berdasarkan informasi yang diperoleh. Lalu model party competition, pemilih memiliki kemampuan menganalisis dan mengkritik program-program yang ditawarkan Jokowi selama ini.

Liddle dan Mujani (2007) menyatakan, perilaku pemilih Indonesia sangat dipengaruhi elektabilitas kandidat capres yang nantinya akan berpengaruh terhadap elektabilitas partai. Terkait hal itu, dan seperti yang dibuktikan dalam hasil survei TII dan IPI ini, ketokohan tetap dan telah menjadi faktor sangat penting dan kuat dalam menarik dukungan pemilih.

Ketokohan atau faktor kandidat sangat menentukan elektabilitas partai. Para pemilih, akan memilih partai bukan karena daya tarik terhadap partai dan programnya, melainkan lebih pada ketertarikan mereka kepada kandidat yang diusung partai tersebut, khususnya terkait kualitas personal kandidat bersangkutan menurut preferensi pemilih terhadap kriteria pemimpin yang diinginkan.

Kualitas Personal

Lebih jauh tentang faktor kandidat, khususnya kualitas personal, hasil survei opini publik yang dilakukan TII dan Indikator ini tidak hanya memberikan potret tentang efek Jokowi terhadap elektabilitas partai dan kecenderungan elektabilitas tokoh-tokoh nasional bila menjadi capres. Hasil survei ini juga menggarisbawahi tiga kriteria terkait kualitas personal capres yang diinginkan pemilih saat survei dilakukan.

Pertama, kriteria yang harus dimiliki seorang capres bagi pemilih Indonesia adalah bisa dipercaya atau jujur (51 persen). Kedua, sikap peduli rakyat (24 persen). Ketiga, memiliki kompetensi sebagai pemimpin (12 persen).  Kualitas personal lain dari capres yang diinginkan, seperti tegas, berwibawa, pintar, dianggap kurang penting oleh pemilih.

Jika melihat hasil survei TII dan Indikator terkait kriteria pemimpin atau kualitas personal capres yang diinginkan masyarakat, selain temuan tentang pemberitaan media massa tentang capres, sangat mungkin sepak terjang Jokowi dan kepribadiannya, serta pemberitaannya di berbagai media massa secara masif selama ini telah menjadikan Jokowi sosok yang paling mendekati kriteria pemimpin menurut para pemilih saat survei dilakukan.

Tidak mengherankan jika Jokowi selalu mendapatkan popularitas serta elektabilitas tinggi di berbagai survei sebagai capres yang diinginkan masyarakat, khususnya pemilih, hingga saat ini.

Sumber: Sinarharapannews.com.

Komentar