Jakarta – Rakornas yang digelar Partai Demokrat pada 23-24 Juli lalu dinilai sebagian kalangan tidak ‘menggigit’ karena pernyataan politik hingga hasilnya terlihat sangat normatif. Rakornas ini dinilai sebagai ajang ‘konsolidasi semu’ Partai Demokrat.
“PD bilang rakornas lalu sebagai forum konsolidasi. Tapi menurut saya itu ‘kondolidasi semu’. Potensi konflik internal tetap berpotensi akan ‘meledak’,” kata peneliti senior The Indonesian Institute, Hanta Yuda.
Berikut ini wawancara detikcom dengan penulis Presidensialisme Setengah Hati, Selasa (26/7/2011) malam:
Dalam rakornas Demokrat disepakati 10 komitmen Sentul. Bagaimana Anda melihat isi komitmen tersebut?
Selain Komitmen Sentul ada pernyataan politik dan pidato pembukan SBY. Di situ dikatakan bagi para kader yang tidak bisa menjalankan politik bersih, cerdas dan santun agar menyerahkan kartu tanda anggota (KTA). Pidato SBY dan Komitmen Sentul saya rasa hanya sebagai pidato imbauan saja. Tidak bertaring, karena logikanya mana ada
pencuri mau mengaku. Tidak mungkin ada kader yang tiba-tiba mengatakan dirinya tidak bersih, tidak santun. Bagi saya itu pidato kiasan.
Kalau belajar dari pidato SBY di pemerintahan, instruksi Presiden SBY selama ini juga kurang efektif, terlihat hanya 50 persen yang dijalankan. Pidato SBY yang disampaikan di rakornas dan menyatakan ada semangat bersih-bersih, pidatonya hanya imbauan normatif. Konteks semangat bersih-bersihnya antiklimaks.
Yang bersih-bersih itu apa? Saya lihat tidak ada komitmen serius untuk itu, ya jadinya
antiklimaks.
Beberapa kalangan memprediksi masa depan Demokrat makin suram meski rakornas telah digelar. Kalau menurut Anda?
Saya lihat di ujung rakornas menyimpan konflik internal yang bisa meledak. Kemarin rakornas meredam faksionalisme, meredam suara yang meminta agar Anas dinonaktifkan dari ketua umum. Itu bisa diredam, tapi ada potensi meledak suatu saat kalau tidak dikelola dengan baik.
PD bilang rakornas lalu sebagai forum konsolidasi. Tapi menurut saya itu ‘kondolidasi semu’. Potensi konflik internal tetap berpotensi akan ‘meledak’
Partai Demokrat punya 4 kekuatan yaitu SBY sebagai tokoh, kinerja pemerintah, citra partai dan soliditas partai. 4 Kekuatan ini yang membuat mereka berjaya di pemilu sebelumnya.
Tapi sekarang problemnya adalah figur SBY tidak bisa menjadi andalan, tidak bisa jadi jualan karena tidak bisa dicalonkan lagi jadi presiden. Kinerja pemerintah maksudnya, dulu dipersepsikan pemerintah itu pro rakyat, karena diberikan bantuan langsung tunai (BLT), BBM turun dan sebagainya. Tapi sekarang banyak problem tidak selesai.
Soal citra partai, sekarang ini citra Demokrat merosot karena kasus Nazaruddin, Andi Nurpati dan lainnya. Padahal dulu PD ini dianggap partai yang bersih. Lalu soliditas partai sekarang ini juga terancam karena munculnya faksionalisme yang kian tajam, meskipun keberadaan faksi memang lumrah di partai politik.
Meskipun pemilu 2014 memang masih 3 tahun lagi dan terlalu pagi untuk disimpulkan apakah Demokrat akan kehilangan banyak suara. Tapi ini menjadi warning yang harus diseriusi. Tergantung sejauh mana PD mengantisipasi 4 kekuatannya yang melemah tadi. Selain itu juga harus meng-clear-kan kasus Nazar, kasus Anas, kasus Johnny Allen.
Selain itu juga memperbaiki kinerja pemerintah, yang artinya ini tergantung SBY. Kalau SBY melakukan lompatan besar, maka berefek ke PD sebagai partai SBY. Juga harus dilakukan soliditas internal. Kesuksesan internal untuk menertibkan partai dan mengelola faksi tergantung faktor SBY sebagai patron tunggalnya.
Anda lihat rakornas ini akan membawa arti penting bagi PD atau tidak jauh beda?
PD melewatkan momentum yang baik. Momentum bersih-bersih harusnya dipakai dalam rakornas. Tapi saya tidak melihat ketegasan pada kader yang tersangkut hukum. Jadi saya rasa seharusnya PD selain membentuk semacam tim investigasi internal dari dewan kehormatan partai untuk memeriksa nama-nama yang disebut, perlu juga inisiatif dari Anas dan nama lain yang disebut Nazar untuk minta diperiksa ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ini penting untuk membersihkan nama partai.
Saya lihat apa yang disampaikan di rakornas masih normatif dan imbauan. Jauh lebih penting mengambil tindakan tegas, bukan hanya imbauan tapi keputusan operasional.
Jika melihat situasi sekarang, apakah bom waktu akan meledak di PD dalam waktu dekat?
Kita lihat saja cerita ini. Statemen SBY di awal rakornas itu meski ditunjuk Nazar, tapi sebenarnya ditujukan pada semua kader. Hanya saja problemnya sering kali SBY melontarkan pernyataan yang normatif, tegas tapi tidak bertaring. Ada potensi perpecahan, mungkin tak ada kongres luar biasa (KLB), tapi pertarungan antar kubu akan terjadi, suatu saat akan meledak.
Nazar harus ditangkap, juga politik uang yang diyakinkan Nazar harus di-clear-kan. Dulu pernah ada kabar Marzuki Alie pernah membentuk tim investigasi yang menemukan
data politik uang di kongres, namun akhirnya kompromi dengan kepengurusan.
Di partai lain, Golkar, sebagaimana dilansir Wikileaks, JK dalam pemilihan ketum di Bali diindikasi ‘menyebar’ uang. JK mengakui memang ada dan dia menyebutnya sebagai political cost. Namun dia mengatakan uang yang dia keluarkan adalah uang dia.
Nah di kasus yang serupa, Anas tidak clear meskipun mengatakan ‘haram hukumnya membeli suara’. Muncul dugaan uang yang beredar di kongres di Bandung dari APBN. Dalam hal ini saya mengajukan 2 premis. Pertama, apa yang diyakinkan Nazar belum tentu benar sampai Nazar menunjukkan dukungan dara. Kedua, Anas juga belum tentu salah sampai bisa membuktikan dirinya tidak bersalah.
Yang ditembakkan Nazar ini masih peluru karet yang belum mematikan, tapi dampaknya sudah ke mana-mana. Reaksi lambat Demokrat akan membuatnya terkoyak juga.
Bukankah PD mengatakan tidak perlu ada pembuktian terbalik karena buat apa menanggapi Nazar? Ini tidak cukup?
Yang disampaikan Nazar belum tentu benar, karena belum didukung data. Tapi Nazar itu mantan bendahara umum, bukan orang luar. Memang nggak tahu siapa yang bermain, tapi PD harus sadar, efek kerusakannya cukup besar.
Selama ini PD fokus pada yang bukan materinya. Sepeti misalnya mempertanyakan betul-betul Nazar atau bukan yang mengirimkan tudingan melalui SMS, lalu BBM, meski isinya hampir sama dan ada inkonsistensi. Lalu disusul wawancara di majalah dan wawancara by phone di televisi dan kemudian muncul wawancara via skype.
Awalnya diragukan pengirim BBM bukan Nazar, tapi ternyata betul. Nah ini yang selalu dikomentari dulu itu bukan sunbstansi. Akibatnya kasus ini tidak clear. Publik pun kemudian semakin liar menduga-duga, jangan-jangan betul yang dikatakan Nazar. PD harusnya komentari substansi, kalau bisa dipatahkan bisa buktikan maka akan selamatkan PD.
Juga tentang pertemun pemimpin KPK Chandra Hamzah dan Anas yang ditudingkan Nazar. Kalau Anas jeli, seharusnya dia bisa memanfaatkan momentum ini dengan meminta diperiksa di KPK. Kalau dia terbukti bersih, maka akan sangat mengangkat nama dan citranya.
KPK pun telah membentuk tim internal. KPK harus benar-benar kerja keras. Lalu SBY sebagai presiden dengan semua instrumen di bawahnya, seperti kepolisian, BIN bisa diminta untuk dikerahkan menangkap Nazar. Kalau Nazar sulit ditangkap itu bisa jadi artinya dia disembunyikan.
Dari apa yang disampaikan Nazar, Nazar ini sepertinya bukan single fighter. Ada orang yang berdiri di belakang dia dan memanfaatkan. Anas juga mengatakan ada pihak lain yang manfaatkan Nazar. Mungkin ditambah lagi orang kuat yang memanfaatkan situasi ini, membiarkan Nazar menyanyi untuk menyerang Anas. Seharusnya melihat ini, Anas malah bisa menjadikan momentum ini untuk perbaikan. Juga bagi SBY.
Jika Anda katakan bom waktu bisa pecah, artinya peluang KLB masih mungkin terjadi?
Kalau bicara KLB, di AD/ART PD pasal 100 ayat 3 dan 4, bunyinya kongres luar biasa bisa diajukan 2/3 jumlah DPD se-Indonesia ditambah setengah jumlah DPC se-Indonesia atau berdasarkan usulan majelis tinggi PD. Melihat ini, ada 2 pintu KLB. Pertama, majelis tinggi. Kalau terbukti ada pelanggaran dilakukan oleh petinggi partai, maka SBY punya kartu truf. Tapi saya yakin SBY tidak akan menggunakan ini. Dia jarang menggunakan langkah yang ekstrem karena bisa terjadi instabilitas.
Kedua, pintu DPC/DPD. Ini bisa dimainkan kubu lainnya kalau usulkan ini. Kita bisa
lihat ini. Nah, Anas kan punya kekuatan juga. Dia didukung jaringan internal DPC/DPD makanya menang dalam kongres 2010. Mungkin dia juga disiapkan untuk 2014. Anas juga dulu memiliki dukungan publik karena Anas adalah sosok muda yang relatif bersih. Dan dia juga punya kekuatan dana.
Kalau benar Nazar adalah penghimpun dana bagi Anas, sekarang kekuatan dana Anas dipatahkan. Citra Nazar juga hancur kalau tidak tuntas. Saya kira KLB sekarang-sekarang ini masih kecil kemungkinan kecuali ada gempa politik luar biasa.
Saya lihat dampak kerusakan di PD luar biasa. Apa yang terjadi di PD jadi tontonan, ada drama politik yang banyak memperlihatkan pertarungan internal. Mungkin ada pembusukan juga yang berharap ada politik amputasi. Dan ada Nazar di pihak lain yang sedang menyanyi yang menerapkan zero sum game. Ini harus direspons SBY. Bersih-bersih di internal PD harus serius. Harus ada pengelolaan faksi sebaik-baiknya di internal.
Meski normatif, selain mampu meredam KLB, apa lagi yang bisa dilihat dari rakornas?
Sepertinya ingin mengklarifikasi bahwa SBY masih kuat. Soal adanya orang luar maupun pengamat yang memanasi kondisi PD, seolah menekankan bahwa masalah ini muncul bukan karena kegagalan dia tapi problem kepemimpinan Anas. Secara tidak langsung bola panas diserahkan ke Anas. Anas diberi kesempatan, dan bila gagal tentu menjadi bumerang.
Makanya ini menjadi tantangan bagi Anas untuk membuktikan dia bersih. Kalau hari ini ada yang mengatakan akan ada degradasi suara bagi PD, itu terlalu pagi. Kalau sukses maka ramalan degradasi suara bagi PD bisa berbalik arah. Lebih baik sekarang buktikan saja semua bersih.
Sumber: Detiknews.