Jakarta: Warga DKI Jakarta saat ini dinilai lebih membutuhkan bantuan langsung tunai (BLT) ketimbang bantuan sosial (bansos) berupa sembako. Pemberian jaminan sosial sesuai kebutuhan masyarakat diyakini membuat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II lebih efektif.
“Saya juga perlu menekankan bahwa pemberian BLT di tengah krisis ini jauh lebih dibutuhkan oleh masyarakat ketimbang bantuan perlindungan sosial lainnya misalnya seperti sembako,” kata peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute, M Rifki Fadilah, kepada Media Indonesia, Kamis, 17 September 2020.
Menurut Rifki, ada beberapa alasan yang membuat BLT sangat penting dijadikan alat perlindungan sosial bagi warga Ibu Kota. Pertama, secara behavioral, masyarakat cenderung merasa lebih aman ketika mereka memegang uang dalam bentuk tunai.
Sehingga kini bentuk bantuan bansos berupa sembako menjadi kurang bermakna. Bahkan tidak sedikit warga yang akhirnya menjual kembali sembako yang mereka dapatkan.
“Mengapa demikian? hal ini disebabkan masyarakat merasa overestimate bahwa sembako yang diberikan pemerintah bulan kemarin masih mencukupi untuk beberapa waktu ke depan,” kata dia.
Akibatnya, kata dia, terjadi penumpukkan stok sembako di masyarakat. Sementara kebutuhan seperti bayar listrik, membayar kontrakkan, membayar kebutuhan dapur, anak sekolah dan lainnya belum terpenuhi.
Ketiga, dengan BLT masyarakat memiliki kemampuan daya beli secara ekonomi. Hal ini bahkan akan mendorong perekonomian dalam jangka pendek melalui jalur demand/consumption.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan akan memberikan bansos berupa sembako kepada warganya di tengah PSBB jilid II. Sembako akan diberikan sesuai timeline hingga Desember 2020.
https://www.medcom.id/nasional/metro/MkMGgMpN-warga-dki-dinilai-lebih-butuh-blt-ketimbang-sembako?p=all