The INDONESIAN FORUM Seri 53 "Mempertanyakan Keberpihakan Partai Politik dalam Isu Intoleransi"

Setara Institut Sebut Kasus Intoleransi Cukup Tinggi dalam 11 Tahun Terakhir

Direktur Riset Setara Institut, Halili menyebut kasus intoleransi di Indonesia cukup tinggi selama 11 tahun terakhir.

Hal tersebut diungkapkannya saat jumpa pers di sebuah kantor, Jalan H.O.S Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (25/2/2019).

Berdasarkan data hasil penelitiannya, Ada 2.975 tindakan pelanggaran kebebasan beragama dalam 2.240 peristiwa.

Menurutnya dalam satu peristiwa intoleransi terkadang ada lebih dari sekali tindakan intoleransi.

“Ada 2.975 tindakan pelanggaran kebebasan beragama dalam 2.240 peristiwa. Kalau kita melihat secara umum menjelang Pemilu, trennya selalu menurun,” kata Halili

Menurutnya, angkat tersebut cukup ironis bagi negara Pancasila yang berketuhanan Yang Maha Esa (YME).

“Dalam 11 tahun terakhir ada 378 gangguan terhadap rumah ibadah angka terbesarnya dialami gereja, ada 195, kemudian masjid, sebagian besar masjid Ahmadiyah, tapi tidak semuanya Ahmadiyah,” ujar Halili.

Menurut Halili, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya, penegakan hukum kurang maksimal terhadap tindakan-tindakan intoleransi.

Kemudian, minimnya literasi masyarakat mengenai ajaran-ajaran agama juga menjadi penyebab tingginya intoleransi.

“Jadi kalau kasus-kasus itu dibiarkan, maka akan menimbulkan kejahatan-kejahatan lainnya. Di level basis, saya kira masalah kita satu, masalah literasi,” ucapnya.

Selain itu, ruang-ruang perjumpaan lintas identitas berkurang, khususnya di daerah yang mengalami pergeseran dari daerah sub-urban menjadi urban.

“Perumahan syar’i ada di mana-mana, itu membuat basis sosial kita semakin rapuh. Karena apa? Di tempat ibadah mereka bertemu dengan yang se-agama, di sekolah, terutama sekolah-sekolah swasta mereka bertemu yang se-agama, di permukiman mereka bertemu yang se-agama. Kalau mereka kemudian bersentuhan sama yang berbeda agama saya pastikan darahnya akan menjadi dingin,” kata Halili.

Sumber: Tribunnews.com

Note : Dalam diskusi ‘Mempertanyakan Keberpihakan Partai Politik dalam Isu Intoleransi’ di kantor The Indonesian Institute (TII), Jl HOS Cokroaminoto No 92, Jakarta Pusat

 

Komentar