Kehidupan keberagaman dalam era keterbukaan saat ini merupakan topik universal yang selalu menarik untuk dibicarakan. Hal ini juga relevan dengan kehidupan masyarakat indonesia yang masih dikenal sebagai masyarakat yang ramah, altruis (tolong-menolong) dan hidup dalam kegotongroyongan. Namun, Indonesia masih memiliki tantangan mengingat beragam konflik horizontal seperti diskriminasi dan intoleransi yang masih terjadi akibat ketidaktahuan dan prasangka terhadap atribut yang melekat pada masing-masing kelompok masyarakat.
Praktik intoleransi antar umat beragama yang terjadi baik akhir-akhir ini semakin menjelaskan bahwa ekstremisme dan radikalisme menjadi momok masyarakat. Tidak jarang praktik ini juga terjadi pada internal kelompok masyarakat itu sendiri. Perbedaan penafsiran dan tidak terbukanya ruang dialog menjadi jurang pemisah antar kelompok masyarakat. Selain itu, ujaran kebencian dan propaganda menjadi perilaku penguat yang sering digunakan untuk merusak hubungan antar kelompok masyarakat indonesia yang majemuk.
Keberagaman merupakan sebuah keniscayaan dalam masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat juga perlu memainkan peran sebagai mediator untuk mencegah konflik atau menangani konflik yang sudah terjadi. Dalam konteks ini, kesalehan sosial merupakan salah satu narasi dalam memecahkan kebuntuan atas konflik horizontal yang selalu terjadi pada masyarakat dewasa ini.
Kesalehan sosial menjadi topik yang mengemuka, di mana individu sebagai pemeluk agama tidak saja dilihat dari kedisiplinannya melaksanakan ritual penyembahan dan ketaatan, namun juga dari kebaikan dan manfaatnya kepada lingkungan sosial dan alam. Dalam ranah kebijakan publik, nilai ajaran agama diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan kapasitas ruang, tidak hanya sebatas pengetahuan dan spiritualitas, tetapi juga dengan harapan dapat memberi kontribusi terhadap perbaikan kualitas kehidupan bersama.
Kesalehan sosial merupakan sebuah konsep berkehidupan yang saat ini tengah digalakkan oleh Kementerian Agama dalam mensosialisasikan moderasi beragama. Pentingnya menjadi pribadi yang shaleh bukan saja dalam konteks penghayatan ajaran agama, namun juga untuk mendoroang perilaku dengan dan kepedulian terhadap nilai-nilai yang bersifat universal dan sosial. Bentuk-bentuk kesalehan sosial dapat berupa tolong-menolong, saling menghargai, tenggang rasa, berempati, memperhatikan situasi sosial masyarakat sekitar. Kesalehan sosial membangun jembatan interaksi yang lebih baik terhadap umat antar beragama bahkan dalam masyarakat yang beragam.
Survei perilaku keagamaan yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Agama menghasilkan penilaian yang disebut sebagai Indeks Kesalehan Sosial (IKS). Pengukuran konsep kesalehan sosial bersifat lintas agama, tidak hanya terbatas pada Islam, namun juga mencakup konsep kesalehan sosial menurut agama lainnya (Katolik, Kristen, Buddha, Hindu, dan Khonghucu). Adapun indikator konsep kesalehan sosial dilihat pada dimensi pengukuran antara lain, seperti peduli/solidaritas sosial, relasi antarmanusia, menjaga kelestarian alam/ lingkungan, darma negara dan stabilitas, serta menjaga etika dan budi pekerti. Hasil analisis kategori survei perilaku keagamaan tahun 2022 secara rerata nasional menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan kelompok yang memiliki tingkat indeks kesalehan sosial sangat tinggi dengan skor 70,25% (Ulum dkk., 2022). Meskipun hasil survei yang ditunjukkan diinterpretasikan demikian, namun masih ada pertanyaan tentang sejauh mana indikator kesalehan sosial dapat diterapkan di lingkungan masyarakat, sehingga mampu meredam potensi konflik horizontal.
Dalam hal ini, nilai-nilai kesalehan sosial penting untuk didorong kepada setiap individu dalam kehidupan masyarakat guna menjaga semangat persatuan Indonesia. Selain itu, penerapan nilai-nilai kesalehan sosial dalam keberagaman juga penting untuk dikembangkan sebagai bentuk penghayatan keagamaan dan pengamalan nilai Pancasila.
Dewi Rahmawati Nur Aulia
Peneliti Bidang Sosial
The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII)