Foto TII.

Merayakan Kemenangan Rakyat

arfiantoDi penghujung Juli ini, ucapan selamat pantas kita sematkan kepada seluruh rakyat Indonesia atas kemenanganya dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. Ucapan yang tidak berlebihan, karena bangsa ini telah melalui tahapan pentingnya, yakni ditetapkannya presiden dan wakil presiden terpilih periode 2014-2019 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli yang lalu.

Banyak kalangan yang menilai Pilpres 2014 merupakan salah satu Pemilu yang berkualitas yang pernah diselenggarakan di Indonesia. Penulis melihat ada beberapa aspek dalam melihat kualitas Pilpres 2014 ini.

Aspek pertama adalah Pilpres dapat berjalan secara kondusif. Hal ini jelas menjawab kekhawatiran kericuhan pada Pilpres 2014. Pasalnya semenjak masa kampanye Pilpres 2014 yang diikuti dua pasang calon, seakan membuat negeri ini terbelah menjadi persaingan dua kubu. Saling hujat yang juga diikuti fitnah kepada kedua pasang calon semakin memanaskan tensi politik negeri ini.

Namun akhirnya patut kita syukuri, bayangan kericuhan tersebut hilang, ketika rakyat tidak terpancing dengan provokasi para elite yang masih bersitegang dalam penetapan hasil Pilpres.

Rakyat sadar bahwa perbedaan yang terjadi selama kampanye, harus selesai setelah KPU menetapkan pemenang Pilpres. Rakyat pun sudah terlihat lelah dengan ketegangan elite yang berdampak terhadap stabilitas negeri ini.

Aspek kedua partisipasi pemilih. Jika melihat jumlah partisipasi pemilih pada pilpres kali memang lebih besar dibandingkan pilpres sebelumnya. Pada pilpres 2014, tercatat jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya yakni 134.953.967 pemilih dari 193.944.150 total pemilih yang tercantum dalam DPT. Di tahun 2009 partisipasi pemilihnya adalah 127.983.655 dari 171.068.667 total pemilih dalam DPT. Walaupun dari sisi persentase, Pilpres 2009 sedikit lebih tinggi yaitu  sebesar 71,7 persen, dibandingkan tahun 2014 ini yang sebesar 70 persen.

Penulis melihat peningkatan kualitas partisipasi pemilih bukan hanya dari sisi kuantitas pemilih pada saat hari pencoblosan. Tetapi juga pada saat masa kampanye. Hal ini terlihat dengan banyaknya masyarakat yang ikut serta dalam organisasi atau kelompok relawan pendukung kedua pasang calon. Mereka berinisiatif menghimpun diri dan relatif mandiri dari sisi pendanaannya. Hal ini terlihat di kubu pasangan terpilih Jokowi-JK, yang di dukung oleh 1289 kelompok relawan pendukungnya di seluruh Indonesia (tribunnews.com, 20/7).

Selain itu, partisipasi aktif juga semarak di dunia maya. Survei Politica Wave pada periode 8 Juni-5 Juli 2014 mencatat terdapat 5.977.879 percakapan dan 1.592.323 netizen yang melakukan percakapan terkait kedua pasangan capres dan cawapres (liputan6.com, 6/7). Meningkatnya keikutsertaan masyarakat di masa kampanye ikut meningkatkan kualitas partisipasi pemilih pada Pilpres kali ini.

Aspek ketiga adalah Pilpres 2014 yang lebih transparan. Keputusan KPU untuk menampilkan data form C1 merupakan bagian dari membangun transparansi dalam hal penyelenggaraan pemilu di Indonesia. Hasil pemindaian formulir C1 yang menunjukkan berita acara pemungutan dan penghitungan suara pemilu presiden 2014 di tingkat TPS kemudian dapat langsung diakses masyarakat melalui website KPU. Selain diakses melalui website KPU, pada pilpres kali ini terdapat juga beberapa kelompok relawan yang ikut serta dalam menampilkan informasi proses rekapitulasi sementara kepada masyarakat. Salah satu situs yang banyak diakses publik adalah  www.kawalpemilu.org. Selain untuk memberikan informasi, situs ini juga dapat dijadikan media pemantauan agar tidak terjadi manipulasi rekapitulasi suara.

Berdasarkan beberapa aspek tersebut penulis melihat bahwa partisipasi aktif masyarakat dan transparansi menjadi dua poin utama yang menjadikan Pilpres 2014 ini lebih berkualitas. Oleh karena itu sudah sepantasnya ucapan selamat diberikan kepada seluruh rakyat Indonesia yang telah memperoleh kemenanganya dalam berdemokrasi.

Arfianto Purbolaksono – Peneliti Yunior Bidang Politik The Indonesian Institute

Komentar