Hari Pangan Sedunia: Pertanian Sebagai Sandaran Ekonomi Desa

Tanggal 16 Oktober 2018 yang lalu telah diperingati Hari Pangan Sedunia (HPS). Peringatan tersebut mengandung makna bahwa pentingnya meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat global terhadap persoalan pangan. Merujuk pada Global Food Sustainability Index, Indonesia sendiri dalam persoalan ketahanan pangan berada pada posisi 21 dari 133 negara tahun 2017. Terjadi kenaikan peringkat yang sangat positif mengingat tahun sebelumnya berada pada posisi 71 (http://foodsustainability.eiu.com/).

Jika berbicara terhadap ketahanan pangan memang tidak bisa terpisahkan terhadap peran sektor pertanian. Pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian nasional. Tercatat pada Triwulan II-2018, sektor pertanian menjadi kontributor terbesar kedua terhadap PDB dengan nilai Rp 347,9 triliun atau 13,3 persen dari total PDB secara keseluruhan (BPS, 2018).

Meskipun pertanian bukan sebagai sektor tumpuan utama penggerak ekonomi, namun jika dikaji lebih jauh, sektor ini mampu memberikan rentetan dampak positif dalam menunjang ekonomi wilayah pedesaan. Pertama, sektor pertanian sebagai denyut nadi aktivitas ekonomi masyarakat pedesaan. Eko Putro Sandjojo selaku Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mengungkapkan sektor pertanian menyerap sekitar 80 persen tenaga kerja didaerah pedesaan (jitunews.com, 17/11/2016). Angka ini menunjukkan jika tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian mencapai 35,92 juta pada tahun 2017, maka terdapat sebanyak 28,73 juta penduduk desa yang terserap pada sektor tersebut.

Kedua, sektor pertanian memberikan dampak positif dalam meningkatkan pendapatan perkapita tenaga kerja disektor tersebut. Jika dikalkulasi terhadap penerimaan PDB atas harga konstan tahun 2010, pendapatan tenaga kerja di sektor pertanian pada tahun 2017 meningkat 9,16 persen dibanding tahun 2016. Pendapatan perkapita petani tahun 2017 mencapai Rp 34 juta per kapita. Asumsi perhitungan ini didasarkan pada rasio perbandingan antara jumlah tenaga kerja disektor pertanian dan produktivitas sektor pertanian.

Kemudian ketiga, sektor pertanian telah mendongkrak pertumbuhan nilai ekspor komoditas unggulan masing-masing daerah. Sebagai salah contoh adalah komoditas kopi. Mengacu data BPS tahun 2017, kopi menjadi salah satu komoditas terbesar ekspor pada sektor pertanian. Pada tahun 2017 ekspor kopi meningkat 17,47 persen dibanding tahun sebelumnya, dengan nilai mencapai Rp 17,62 triliun. Perolehan ini berdampak positif dalam mendorong perekonomian lokal daerah-daerah dengan penghasil kopi terbesar di Indonesia, seperti Aceh, Sulawesi, Flores, dan beberapa wilayah di jawa.

Penulis mencermati bahwa ditengah peran penting sektor pertanian terhadap ekonomi lokal, tidak bisa dipungkiri hadirnya sektor-sektor modern (jasa dan industri) telah merubah struktur pada sektor pertanian itu sendiri. Indikasi tersebut terlihat bagaimana peran sektor pertanian terhadap PDB kian tahun mengalami perlambatan pertumbuhan.

Lebih lanjut, dibutuhkan berbagai langkah strategis antara pemerintah dan pemangku kepentingan lain untuk menunjang produktivitas sektor pertanian. Pertama, peningkatan diversifikasi produk pertanian. Upaya ini cukup efektif dalam menciptakan nilai tambah terhadap produk pertanian. Kedua, literasi di bidang teknologi terkini bagi petani sebagai upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Kemudian ketiga, fasilitasi kredit usaha khususnya bagi daerah-daerah dengan tingkat literasi keuangan yang cenderung masih rendah. Daerah dengan tingkat literasi keuangan yang rendah cenderung akan lebih sulit ketika akan memanfaatkan produk jasa keuangan karena sangat berpotensi tidak layak perbankan.

Keempat, meningkatkan infrastruktur penunjang pertanian untuk memudahkan dalam rantai distribusi produk pertanian menuju pasar. Kelima, akses informasi pasar sangat dibutuhkan agar ekspansi produk pertanian tidak hanya berhenti pada tengkulak tetapi para petani memiliki jangkauan akses pemasaran yang lebih luas.

Dengan demikian, sektor pertanian yang menjadi tumpuan masyarakat di wilayah pedesaan tetap menjadi sektor yang produktif serta mampu berdaya saing dengan sektor-sektor lainnya.

Riski Wicaksono, Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute, riski@theindonesianinstitute.com

Komentar