Foto TII.

Frekuensi Pemberitaan PDI-P Terbanyak

[JAKARTA] Pemantauan media melalui survei yang dilakukan The Indonesian Institute menyebutkan, PDI-P mendapatkan frekuensi pemberitaan terbanyak di media massa cetak dan dalam jaringan sebesar 26 persen.

“Diikuti Partai Demokrat 13 persen, Golkar 11 persen, Gerindra 10 persen, dan PKS sembilan persen,” kata peneliti TII Arfianto Purbolaksono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (7/4).

Arfianto mengatakan, kelima parpol itu merupakan partai yang paling mendapatkan sorotan media massa.

Selain itu dia menjelaskan hasil survei itu terkait tone positif parpol yaitu PDIP 24 persen, Demokrat 13 persen, Golkar 12 persen, Hanura 10 persen, PKS 10 persen, dan Gerindra 8 persen.

“Tone pemberitaan positif itu berpeluang meningkatkan elektabilitas partai tersebut,” ujarnya.

Dia menjelaskan tone positif PDI-P terkait pencapresan Jokowi yang merupakan bukti kenegarawanan Megawati Soekarnoputri.

Untuk Demokrat menurut dia, tone positif itu terkait dinilai mengawal keberhasilan program pemerintahan SBY dan konvensi capres.

“Tone positif Golkar terkait kejayaan partai itu dan pembangunan di zaman orde baru. Untuk Gerindra terkait enam program aksi partai itu dan membuka peluang duet Prabowo-Abraham Samad,” katanya.

Arfianto mengatakan tone positif yang didapatkan PDI-P didominasi pencapresan Jokowi menjelang kampanye terbuka. Namun di sisi lain menurut dia, pencapresan Jokowi itu juga mengundang polemik di internal dan eksternal.

“Hal itu terlihat dengan tone negatif PDI-P sebesar 29 persen (peringkat pertama), Gerindra 14 persen, Demokrat 14 persen, Golkar 11 persen, dan PKS 9 persen,” katanya.

Dia mencontohkan pencapresan Jokowi membuat Gerindra menilai PDI-P mengkhianati perjanjian di antara kedua partai di tahun 2009 (perjanjian Batu Tulis).

Menurut dia, saling serang opini kedua partai di ranah publik menimbulkan tone negatif bagi Gerindra dan PDI-P.

“Tone negatif Demokrat terkait penggunaan aset negara untuk kepentingan kampanye partai itu termasuk SBY. Partai Golkar mendapat tone negatif terkait kasus video antara Aburizal Bakrie dengan Zalianty bersaudara dan persoalan ganti rugi korban lumpur Lapindo,” katanya.

Media cetak yang paling banyak memberitakan parpol dan kampanye adalah Media Indonesia 21 persen, Koran Tempo 18 persen, Kompas 14 persen, Indopos 13 persen, Jurnal Nasional 13 persen, Republika 11 persen, dan Koran Sindo 10 persen.

Media online yang paling banyak memberitakan parpol dan kampanye adalah Detik.com 22 persen, Republika.co.id 21 persen, Kompas.com 20 persen, Okezone.com 19 persen, dan Vivanews.com 18 persen.

Media monitoring yang dilakukan TII dilakukan selama tahap kampanye terbuka pada 16 Maret hingga 5 April 2014 dengan teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling.

Media cetak nasional yang dipantau adalah Kompas, Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, Koran Sindo, Jurnas, dan Indopos. Dan media online yaitu Kompas.com, Detik.com, Okezone.com, Republika.co.id, dan Viva.co.id.

Pemilihan media itu didasarkan dua kategori yaitu cenderung netral dam isi pemberitaannya dan media yang dimiliki politisi untuk melihat kecenderungan tema dan tone pemberitaan serta hubungannya dengan sikap pemilik atau parpol pemilik media tersebut. [Ant/L-8]

Komentar